Label

Sabtu, 30 Oktober 2010

Mengapa Hiburan?

    Oleh: Luthfi Aziz
    Manusia pada abad modern ditandai dengan berbagai kompleksitas kehidupan sebagai akibat dari the advance of knowledge and technology. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi selalu menyertai kehidupan manusia sejak terbangun dari tidur pada jam 4-5 tepat dengan alarm yang terdapat pada jam, HP, komputer, dan sebagainya. Selanjutnya dalam seharian penuh manusia pada abad sekarang juga akan ditemani dengan kecanggihan ilmu pengetahuan dan teknologi. Misalnya tata sosial masyarakat yang membentuk organisasi-organisasi yang berragam, merupakan hasil dari sains sosial modern, peralatan-peralatan yang digunakan meliputi komunikasi yang sekarang menemui momentum terbesarnya dalam sejarah kemanusiaan, transportasi, kesehatam, dan sebagainya.
    Selisih waktu dan perbedaan ruang secara fisik tidak menampakkan persoalan yang serius dalam ruang-ruang sosial, namun jika kita melihat esensi dalam ruang-ruang sosial yang berkembang dalam millenium ini, kita akan melihat lagi kemiskinan manusia akan kebutuhan batin yang terpenuhi. Kita bisa mengilustrasikan kehidupan manusia modern yang ditata atau tepatnya "diatur" dengan satu perangkat utama berupa logika atau rasionalitas di dalam merespon segala hal. Bahkan sebagian dari aturan itu dilembagakan menjadi hukum-hukum yang harus diikuti oleh seluruh masyarakat. Namun di antara sekian banyak aturan yang ada dan terutama sangat dipengaruhi oleh hukum posifistik, maka kita bisa melihat betapa manusia modern "memerlakukan dirinya sendiri sebagai mesin".
    Tentu saja kehidupan masyarakat yang mekanistik ini tidak bisa dipungkiri menjadi salah satu puncak kesadaran kemanusiaan pada abad ini sesudah puncak kesadaran spiritual-religius pada abad-abad sebelumnya. Setidaknya kesadaran sejarah kita akan menunjukkan kepada kita bahwa kira-kira 10-15 abad yang lalu kesadaran manusia menciptakan masyarakat yang didasarkan pada unsur-unsur spiritualistik-religius. Namun sesudah terkikisnya kesadaran religiusitas-spiritualistik oleh logika-rasionalitas, walaupun tidak sepenuhnya kita bisa mengatakan bahwa kesadaran religiusitas-spiritualistik tersebut telah habis tertelan, namun kita akan melihat bahwa alam kesadaran yang menyipta masyarakat pada masa sekarang sangat berbeda yang diatur oleh mekanisme "logika-rasionalitas".
   Nah, ditengah kegundahan batin yang tidak terpenuhi kebutuhannya untuk bisa mengenyam nilai-nilai dan unsur-unsur yang masuk dalam "alam sadar kemanusiaan yang bersifat religiusitas-spiritualistik" inilah logika-rasionalitas sebagai instrumen utamanya menunjukkan suatu kesadaran baru yang dianggap bisa memenuhi kebutuhan batiniah tersebut. Lebih dari itu, alam yang bersifat metafisis dari "religiusitas-spiritualistik" ini kemudian didekati dengan ilmu psikologi untuk mengenali beberapa gejala psikologi manusia modern.
   Sebagian dari komponen batin adalah rasa aman, rasa cinta, rasa sayang, dan rasa-rasa yang bersifat batiniyah lainnya. Ilmu psikologi mengatakan bahwa semua itu bisa dipenuhi manusia melalui ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Selain itu, semua hal tersebut harus dipenuhi baik secara hakiki maupun secara nisbi. Jika manusia mampu memenuhi kebutuhan hal-hal tersebut maka bisa dipastikan bahwa pemenuhannya tidak tergantikan dengan apapun lainnya. Namun jika hal-hal tersebut tidak terpenuhi, maka setidaknya pemenuhan secara nisbi sedikit banyak dianggap sebagai solusi dari kebutuhan-kebutuhan batin tadi.
   Jika pada abad di mana "religiusitas-spiritualistik" berada pada puncaknya mampu menyiptakan secara jama'ah-jama'ah masyarakat untuk memenuhi kebutuhan batin tersebut dengan instrumen "kesadaran religiusitas-spiritualistik", namun  pada abad modern sekarang ini kita akan dihadapkan pada mekanisme "pengerahan dan pengarahan bagaimana seharusnya manusia memenuhi kebutuhan batinnya". Lalu instrumen apa yang digunakan? tentu saja "logika-rasionalitas"lah yang menjadi penggerak alam kesadaran manusia modern. Penerimaan rasa aman atau rasa cinta misalnya akan ditentukan dengan mekanisme "logika-rasionalitas" ini.
  Rasa aman, rasa nyaman, rasa cinta, rasa sayang, dan rasa-rasa batiniyah lainnya mendadak menjadi sesuatu yang bersifat materiil dan logika masyarakat membangun kesadaran bersama yang bersifat empiristik material. Walaupun ada pertanyaan apakah rasa aman, rasa nyaman, rasa cinta, rasa sayang dan rasa batiniyah lainnya apakah bersifat material atau spiritual, namun hal ini tidak lagi menjadi penting akibat kuatnya desakan "logika-rasionalitas" yang membangun alam kesadaran masyarakat.
   Sebagai ibrah lagi bahwa alam kesadaran masyarakat modern sekarang ini ditentukan oleh mekanisme "logika-rasionalitas" adalah rasa aman yang dimanifestasikan dengan jaminan kesehatan diri dan keluarga, sehingga muncullah asuransi kesehatan yang harus dimiliki oleh setiap orang agar kesehatannya bisa terjamin. Rasa aman lainnya dengan adanya beberapa petugas keamanan yang menjaga keamanan anggota masyarakat lainnya, dan sebagainya yang intinya rasa aman kemudian menjadi "memateri" dan berdasarkan "logika-rasionalitas".
   Nah, dunia hiburan bagi manusia modern merupakan produk kebudayaan modern yang diciptakan juga oleh "logika-rasionalitas" yang bahwa jika salah satu atau sebagian dari kebutuhan manusia tidak terpenuhi maka dia akan dan harus memenuhinya secara nisbi. Dalam bahasa lainnya bisa dikatakan pelampiasan manusia atas tidak terpenuhinya kebutuhannya.
   Dunia hiburan pada abad modern tentu saja lebih modern dan kompleks dari pada dunia hiburan pada masa-masa sebelumnya. Rincian tugas hiburan modern dalam skema kehidupan masyarakat modern sangat berbeda daripada sebelumnya. Sebisa mungkin "logika-rasionalias" manusia yang universal harus terjawab melalui tampilan-tampilan dunia hiburan modern. Bisa dikatakan dunia hiburan tiada lain adalah tiruan dari mekanisme kemanusiaan modern itu sendiri.
  Bagaimanapun dunia hiburan akan tetap ada selama ada yang menganggap bahwa dunia hiburan adalah jawaban dari "kegersangan batin" akan unsur-unsur hakiki dalam dunia kebatinan manusia. Namun di balik semua itu dunia hiburan sebagai salah satu produk kebudayaan modern juga memiliki peranan yang sama dengan instrumen kemanusiaan yang lainnya untuk membudayakan kebudayaan yang secara mayoritas diterima oleh masyarakat.
  Sebagai kalimat terakhir jika ada pertanyaan "mau dibawa kemanusiaan modern dibawa oleh kebudayaan hiburan?" maka jawabannya berpulang lagi pada individu-individu dalam masyarakat. Apapun itu tujuan dari setiap individu yang meresponnya secara aktif atau pun pasif.
   Semoga catatan kecil ini bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar