Label

Senin, 06 September 2010

Gosip Tentang Aisyah Istri Nabi

M. Fathoni Mahsun (Pegiat Komunitas Sanggar Kata)
Bagaimana jadinya kalauperempuan terhormat yang bergelar ummul mu'minin –sebuah gelar yang Khodijahpun tidak menyandangnya-, istri Nabi ditempa gosip? Apalagi gosipperselingkuhan. Pasti sangat heboh, untung saja ketika itu belum adainfotainment. Tak tanggung-tanggung, saking menggemparkannya berita tersebutsampai-sampai al-Qur'an menyediakan 16 ayat untuk memberitakan dan menanggapinya(an-nur 11-26).
Berawal dari keikutsertaan Aisyah, berdasarkanundian yang diadakan antara istri-istri Nabi,dalam perang pada bulan sya'ban 5 H, antara kaum mu'minin dengan BaniMushtaliq. Selepas perang rombongan kaum mu'minin berhenti pada suatu tempat.Mengetahui rombongannya berhenti, Aisyah keluar dari tandunya untuk suatukeperluan, kemudian kembali. Tiba-tiba dia merasakalungnya hilang, lalu dia pergi lagi mencarinya. Sementara itu, rombonganberangkat dengan persangkaan bahwa Aisyah masih ada dalam tandu. Setelah Aisyahmengetahui tandunya sudah berangkat, dia duduk di tempatnya dan mengaharapkan tanduitu akan kembali menjemputnya.
Kebetulan, lewat di tempatitu seorang sahabat Nabi, Shafwan ibnu Mu'aththal, diketemukannya seseorangsedang tidur sendirian dan dia terkejut seraya mengucapkan: "Inna lillahiwa inna ilaihi raji'un, isteri Rasul!" Aisyah terbangun. Lalu diadipersilahkan oleh Shafwan mengendarai untanya. Syafwan berjalan menuntun untasampai mereka tiba di Madinah. Orang-orang yang melihat merekamembicarakannya menurut pendapat masing-masing. Mulailah timbul desas-desus.Kemudian kaum munafik membesar-besarkannya, maka fitnahan atas Aisyah r.a.itupun bertambah luas, sehingga menimbulkan kegoncangan di kalangan kaummuslimin.
Kegoncangan demikian tentunya sangat pelik sekali,khususnya bagi Nabi SAW. Karena menohok wilayah yang paling sensitif darikehidupannya. Maka wajar saja kalau beliau shok dan serba salah. Allah kemudianmengambil inisiatif. Pertama, Allah memberikan semacam informasi intelejen,tentang siapa yang berperan sebagai bubble blower (penghembus isu)–kayak Susnoduadji aja-, sekaligus memberikan advice agar tidakburu-buru berpikiran negatif. Selain itu Allah juga menyatakan bahwa Beliausendiri yang akan menindak para pelakunya (an-nur:11, 23-25).
Rupanya, prasangka negatif ini juga mewabah padaorang-orang dekat Nabi. Mereka tidak sigap bersikap, misalnya segeramenunjukkan keberpihakkanya dengan mem-back-up Aisyah. Semuanya jadiserba salah dan bingung mau melakukan apa. Sampai-sampai al-Qur'an menegororang-orang Nabi karena tidak ada yang berani dengan tegas mengatakan "Hai!!,ini hanya gosip murahan belaka," (an-nur:12).
Lalu al-Qur'an kembali mengingatkan tentang Standart Operational Prosedur (SOP) yangharus dilakukan manakala menghadapi kasus yang berkenaan dengan penebasan hakasasi manusia atau pembunuhan karakter. SOP tersebut berlaku sama untuk semuaorang, mulai dari mereka yang diidentikkan dengan dunia malam sekalipun, sampaipada ibu negara. Apa itu? Datangkan empat saksi (an-nur:13). SOP ini seakanmengatakan, tidak mudah menuduh orang berbuat zina. Walaupun dengan haqqulyakin anda melihatnya sendiri, tapi itu tidak cukup, harus mendatangkan tigasaksi lagi. Kalau tidak bisa, anda yang seorang harus sanggup bersumpah atasnama empat orang, sebagai gantinya. Kemudian ditambah satu sumpah lagikesanggupan menerima laknat kalau tuduhannya palsu (an-nur:6-7). Celakanyahukum yang berlaku dimasyarakat kita, terlalu mudah menghakimi seseorang yangbelum tentu melakukannya, gara-gara termakan isu yang belum tentu benar.
Demikianlah bagaimana upaya Islam melindungihak-hak asasi manusia. Tetapi nasi sudah menjadi bubur, persebaran isu itusudah tak terbendung, sehingga jadilah ia konsumsi publik. Sampai-sampaikalangan dalam pun ikut membicarakannya (an-nur:15), hingga datanglah pembelaandari Allah yang mengabarkan bahwa itu semua bohong. Namun kejadian ini menjadipembelajaran, tentang bagaimana seorang mu'min bersikap manakala menghadapigosip, tudingan tidak sedap pada seseorang, serta berita-berita yang belumjelas kebenarannya.
Seorang mu'min harus bersikap ilmiah, denganmelakukan dua hal: pertama, tidak gampang percaya sebelum mendengar dari empatsaksi, tiga orang yang menyaksikan secara langsung pun belum cukup. Sebuahsyarat yang sangat sulit dipenuhi. Kedua, harus jaga jarak dengan tidakmelibatkan diri menyebarkan isu tersebut. Kalau ada isu demikian datang, sikap kita adalah"sekali-kali tidak pantas bagi kita memperkatakan ini. Maha suci engkau (yaTuhan kami), ini adalah dusta yang besar," (an-nur:17).
Dengan datangnya pembelaan dan penjelasan gamblangdari Allah tersebut, menimbulkan reaksi keras dari Abu Bakar. Dia bersumpahsekali-kali tidak memberikan nafkah pada keluarganya, serta memberikan santunanpada orang-orang yang membutuhkan, kalau mereka terbukti terlibat menyebarkanisu yang mencoreng kehormatan keluarga Nabi itu. Dapat dibayangkan bagaimana down-nya Nabi yangselama ini mendakwahkan kebaikan, ternyata dikondisikan tidak mampu mendidikistrinya sendiri. Juga alangkah tersiksanya batin Aisyah, dituduh melakukansesuatu yang dia tidak melakukannya. Dengan tersebarnya isu itu mana beraniAisyah keluar rumah, misalnya untuk belanja kurma atau beli gandum.Memperhatikan dampak yang luar biasa inilah kira-kira sikap Abu Bakar tersebutbermuasal.
Namun Allah dengan segera meng-counter sikap AbuBakar. Janganlah Abu Bakar bereaksi demikian, memaafkan dan berlapang dadaadalah lebih baik, toh permasalahan sudah beres (an-nur: 22). Lagi-lagi Allahmendidik hambanya untuk selalu bisa mengendalikan diri dalam kondisiseemosional apapun. Semoga bisa menjadi pelajaran bagi kita semua. Wallahua'lam
1 Romadhon 1431H/ 11 agustus 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar